Jumat, 31 Juli 2009

DASAR – DASAR PENGETAHUAN

1. DASAR – DASAR PENGETAHUAN
Kemampuan menalar ini menyebakan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan-kekuasaannya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat adam dan hawa dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuan ini. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah mana yang jelek. Secara terus menerus dia dipaksa harus mengambil pilihan: mana jalan yang benar mana jalan yang salah, mana tindakan baik mana tindakan yang buruk dan apa yang indah dan apa yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling pada pengengetahuan.
Manusia adalah satu-satunya mahluk yang mengembangakan pengetahuan ini secara sungguh-sungguh dan manusia mngembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dia memikirkan hal-hal yang baru, menjelajah ufuk baru, karna dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut. Tak ada seekor anjingpun, kata betrand russel dia berkata kepada temannya ”ayahku miskin namun jujur” kalimat ini berasal dari drama shakespeare yang terkenal dan tak ada seekor anjingpun sambung adam smith, yang secara sadar tukar menukar tulang dengan temannya, adam smith dalam hal ini berbicara tentang prinsip ekonomi, yakni proses pertukaran yang dilakukan homo oeconomicus yang mengembakakn pengetahuan berupa ilmu ekonomi.
Sebab kedua, yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti tersebut disebut penalaran. Binatang mampu berpikir namun tidak mampu berpikir nalar, perbedaan utama antara seorang profesor nuklir dengan anak kecil yang membangun bom atom dari pasir di play groupnya tempat dia melakukan riset terltak pada kemampuannya dalam menalar.
Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Tentu saja tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran. Manusia bukan semata-mata mahluk yang berpikir sekedar homo sapien yang seteril. Manusia adalah mahluk yang berpikir, merasa, mengindera dan totalitas pengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut ; disamping wahyu : yang merupakan komunikasi sang pencipta dengan mahluknya.

2. HAKIKAT PENALARAN
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengetahuaan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda. Dapat dikatakan tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
Ciri pertama ialah adanya : suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika yang setiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri atau dapat disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakn suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau dengan perkataan lain menurut logika tertentu yang harus mempunyai konotasi yang bersifat jamak (plural) dan bukan tunggal (singgular).
Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyadarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu analisis yang mempergunakan logika ilmiah dan demikian juga dengan penalaran lainya yang mempergunakan logikanya tersendiri pula. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu tanpa adanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis, sebab analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegian berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Untuk melakukan kegiatan analisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yang berasal dari sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran pengembanan paham empirisme. Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran dedukatif dan indukatif, dimana lebih lanjut penalaran dedukatif terkait dengan rasionalisme dan penalaran idukatif dengan empirisme oleh sebab itu maka dalam rangka mengkaji penalaran ilmiah kita harus terlebih dahulu menelaah dengan seksama penalaran dedukatif dan indukatif tersebut setelah ditelaah bermacam-macam sumber pengetahuan yang ada yakni rasio, pengalaman, intitusi dan wahyu. Pengetahuan mengenai hakikat hal-hal tersebut memungkinkan kita untuk menelaah hakikat ilmu dengan seksama.

3. LOGIKA
Alkisah, menurut cerita terdapat dalam khasanah humor ilmiah, seorang peneliti ingin menemukan apa yang sebenarnya menyebabkan manusia itu mabuk. Untuk itu dia mengadakan penelitian dengan mencampur berbagai minuman keras. Mula-mula dia mencampur air dengan wiski luar negeri yang setelah dengan habis diteguknya maka diapun terkapar mabuk, setelah siuman dia mencampur air dengan TKW, wiski lokal yang diminum dipinggir jalan sambil menghisap keretek, ternyata campuran inipun menyebabkan dia mabuk. Akhirnya dia mencampur air dengan tuak yang juga, seperti kedua campuran terdahulu menyebabkan dia mabuk. Berdasarkan penelitian itu maka dia menyimpulakan bahwa airlah yang menyebabkan manusia itu mabuk benar-benar masuk akal, bukan, namun apkah hal itu benar ?
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, dimana logika secara luas dapat didefinisikan ”pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, penelahan yang sekasama hanya terdapat dua jenis cara penarikan kesimpulan yakni logika indukatif dan logika dedukatif. Logika indukatif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum sedangkan logika dedukatif yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara dedukatif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran dedukatif berdasarkan kedua premis tersebut. Dari contoh kita sebelumnya kita dapat membuat silogismus sebagai berikut:
Semua mahluk mempunyai mata (premis mayor)
Si polan adalah seorang mahluk (premis minor)
Jadi si polan mempunyai mata (kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa si polan mempunyai mata adalah sah menurut penalaran dedukatif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Pernyataan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah meskipun kedua premisnya benar, sekiranya penarikan kesimpulannya adalah tidak sah.

4. SUMBER PENGETAHUAN
De omnibus dubitandum ! segala sesuatu harus diragukan desak Rene Descartes. Namun segala yang ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan sesuatu, bahkan juga Hamlet si peragu, yang berseru kepada Opelia :
Ragukan bahwa bintang – bintang itu api ;
Ragukan bahwa matahari itu bergerak ;
Ragukan bahwa keberan itu dusta ;
Tapi jangan ragukan cintaku.
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu !
Baik logika dedukatif maupun logika indukatif, dalam proses penalarannya, mempergunkan premi-premis yang berupa pengetahuan yang dianggapnya benar. Kenyataan ini membawa kita kepada sebuah pernyataan : bagaimanakah caranya kita mendapatkan pengetahuan yang benar itu ? pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme. Sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut juga empirisme.
Kaum rasionalis mempergunakan metode dedukatif . premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannnya jelas dan dapt diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia, prinsip itu sudah ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya paham yang dikenal dengan nama idealisme.
Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung untuk menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsistendan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif.
Disamping rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lain yang penting untuk kita ketahui adalah intuisi dan wahyu. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan sebagai dasr untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak bisa diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya. Kegiatan intuitif dan analitik bisa bekerja saling membantu dalam menemukan kebenaran, bagi Maslow intuisi ini merupakan pengalaman puncak sedangkan bagi Nietzche merupakan inteligensi yang paling tinggi. Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia, pengetahuan ini disalurkan kepada nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti.

5. KRITERIA KEBENARAN
Seorang anak kecil yang bary masuk sekolah, setelah tiga hari berselang, mogok tidak mau belajar. Orang tuanya mencoba memujuk dia dengan segala macam daya, dari iming-imingan gula-gula sampai ancaman sapu lidi, semuanya sia-sia. Setelah didesak-desak akhirnya dia berterus terang, bahwwa dia sudah kehilangana hasratnya untuk belajar sebab ternyata gurubya adalah seorang pembohong.
“coba ceritakan bagaiman dia berbohong” pinta orang tuanya sambil tersenyum
“tiga hari yang lalu dia berkata bahwa 3 + 4 = 7. dua hari yang lalu dia berkata 5 + 2 = 7, kemarin dia berkata 6 + 1 = 7, bukankah semu ini tidak benar ? “
Permasalahan yang sederhana ini membawa kita kepada apa yang disebut teori kebenaran. Apakah persyaratannya agar suatu jalan pikiran menghasilkan kesimpulan yang benar ?
Teori kebenaran yang berdasarkan kepada kriteria tersebut diatas disebut teori koherensi. Secar sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsiten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Matematika ialah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren. Sistem matematika disusun di atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar yakni aksioma dengan mempergunkan beberapa aksioma maka disusnlah suatu teorama. Diatas teorama maka dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang konsisten. Plato (427-347 S.M.) dan Aristoteles (384-322 S.M.) mengembangkan teori koherensi berdasarkan pola pemikiran yang dipergunakan Euclid dalam menyusun ilmu ukurnya.
Paham lainnya adalah kebenaran yang berdasarkan kepada teori korespondensi, dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russell (1872-1970). Bagi penganut teori korespondensi maka suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorenspondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang mengatakan bahwa ” Ibu Kota Republik Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu dengan obyek bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia . sekiranya orang lain yang menyatakan bahwa ”Ibu Kota Republik Indonesia adalah Bandung’ maka pernyataan itu tidak benar sebab tidak terdapat obyek yang dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini maka secar faktual ”Ibu Kota Republik Indonesia adalah bukan Bandung melainkan Jakarta”. Kedua teori kebenaran ini yakni teori koherensi dan korespondensi kedua-duanya dipergunkan dalam berpikir secara ilmiah. Penalaran teoretis yang berdasarkan logika dedukatif jelas mempergunakan teori koherensi ini. Sedangkan proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori kebenaran yang lain yang disebut teori kebanran pragmatis.
Teori pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul ”How to Make Our Ideas Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh berberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah kebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Ahli-ahli filsafat ini diantaranya adalah William James (1842-1910), John Dewey (1859-1952), George Herbert Mead (1863-1931 dan C.I Lewis. Pragmatisme bukanlah suatu aliran filsafat yang mempunyai doktrin-doktrin filsafati melainkan teori dalam penentuan kriteria kebenaran . kaum pragmatis berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggapnya fungsional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah.



Sumber Bahan Rangkuman :
• Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer oleh Jujun S. Suriasumantri.
• Diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan Jakarta 2007.

Sepenggal Surat dari ayam

Maafkan aku kalau tulisanku ini mengganggumu. Aku sendiri juga tidak yakin apakah benar menulis surat ini atau tidak. Tapi, kupikr, jika surat ini tidak pernah ada, mungkin tidak akan lagi ada kesempatan. Dengan tulisan ku yang berantakan ini ha.. ha.. kamu menyebutnya cakar ayam, semoga masih bisa terbaca, aku memberanikan diri.
Masih teringat, tiap pagi kamu selalu telat bangun. Sulit sekali untukmu bangun pagi. Sering kali kamu tidak sarapan, langsung saja berangkat. Lihat saja, badan kamu jadi kurus begitu. Tahukah kamu? Aku sangat sedih. Aku bertekad berbuat sesuatu untukmu. Tiap pagi aku akan bangun pagi-pagi, aku akan teriak terus sampai kamu bangun. Sering kali, tenggorokanku sakit, suaraku hilang, tapi aku tetap berusaha teriak sampai kamu bangun. Sekarang mungkin kamu harus berjuang sendiri,
maafkan aku, aku tidak bisa lagi membangunkanmu.
Kata dokter, telurku banyak mengandung protein. Aku begitu bahagia bisa
memberikan sesuatu dari diriku untukmu. Memang aku sulit sekali menerima ini, aku begitu sulit bertelur dengan harapan dapat anakku dapat segera menetas. Tapi sepertinya harapan itu tidak akan pernah terwujud. Setidaknya aku bisa melihatmu sehat karena telurku. Aku tidak pernah menyesal, karena aku mengasihimu, aku sangat mengasihmu.
Akhir-akhir ini, aku merasa aneh, daging pada tubuhku terasa membengkak, terutama bagian pahaku. Aku mulai bertanya kapan aku terakhir fitness. Tapi rupanya itu bukan hasil fitnessku selama ini, kamu telah melakukan sesuatu padaku. Seingatku sering kali aku tertusuk jarum yang tajam dan setelah itu, terasa ada carian yang masuk ke tubuhku. Pertama-tama kukira dengan badanku seperti ini, kamu ingin aku jadi atlit binaraga. Aku begitu bahagia, kamu begitu memperhatikanku. Ketika aku diangkut ke truk bersama teman-temanku, aku masih berpikir aku akan pergi ikut turnamen binaraga. Aku begitu bahagia berpikir bisa membawa pulang piala buatmu sampai aku sadar tempat apa yang kami tuju. Aku melihat teman-temanku sudah terkapar, darah mengucur dimana-mana, mereka sudah tidak beryawa. Teriakanku tertahan, Ini bukan gedung turnamen, ini adalah rumah jagal. Akhirnya aku mengerti, ternyata aku disuntik supaya dagingku besar, kamu akan menikmati dagingku. Tapi semua itu sudah terlambat. Aku takut sekali, aku ingin lari keluar tapi aku tak bisa, aku tak berdaya.
Satu-persatu temanku dimasukkan ke dalam sebuah alat yang besar,
teriakan mereka begitu menyayat hati. Aku tahu pasti, sebentar lagi aku akan merasakannya. Aku heran, suara teriakan yang begitu keras, tidakkah itu mengganggumu? Mungkin kamu tidak mendegarnya atau lebih tepatnya tidak mau mendengarnya? Bukankah kita sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan? Bukankah dulu kita saling mengasihi? Kenapa kamu berubah begitu cepat? Apakah aku benar-benar tidak bermakna di matamu?
Waktuku sudah hampir habis, sebentar lagi akan tiba giliranku. Sudah tidak ada gunanya lagi aku berbicara terlalu banyak. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Hmm, mungkin juga aku sudah berada dalam perutmu!
Tapi ada satu hal yang aku ingin sekali kamu tahu, bahwa aku masih mengasihmu, saudaraku. Aku doakan semoga kamu bisa hidup bahagia dengan kasih. Semoga pengorbananku ini bermakna bagimu. Aku masih terus menantikan hari dimana kita bisa hidup bersama, saling mengasihi. Mungkinkah hari itu akan tiba?

PENGKAJIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAYEUHKOLOT

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum , mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan.Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran , kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi Bangsa Indonesia,baik masyarakat,swasta maupun pemerintah.Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan dalam menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatannya sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.

Salah satu strategi yang direncanakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan.Dalam pemberdayaan masyarakat perlu dikembangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM ) dalam rangka mewujudkan Desa Siaga menuju Desa Sehat.Pengembangan Desa Siaga harus melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) utamanya PKK, organisasi keagamaan dan sektor swasta.Keberhasilan Desa Siaga ditandai oleh antara lain berkembangnya perilaku hidup bersih dan sehat, serta dikembangkan dan beroperasinya UKBM yang mampu memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif, keluarga berencana, perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan, peningkatan gizi dan penanganan kedaruratan kesehatan.Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta pemberdayaan masyarakat bertujuan juga untuk memberdayakan individu , keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif.Sehingga tercapailah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat yaitu suatu kondisi di mana masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat (Visi Departemen kesehatan ).

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayahnya.Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas Dayeuhkolot berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan baik berupa usaha promotif, preventif, kuratif serta adanya kerja sama dengan lintas sektor. Upaya Promosi Kesehatan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu upaya yang diselenggarakan oleh Puskesmas Dayeuhkolot.

1.2 Masalah
a. Data Umum
Puskesmas Dayeuhkolot terletak di Jalan Raya Dayeuhkolot, kurang lebih 10km dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, dengan luas wilayah 462ha, dan terdiri dari 3 Desa dari 6 Desa yang ada di Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, yaitu Desa Citereup, Desa Dayeuhkolot, dan Desa Sukapura. Adapun batas wilayah adalah :
- Utara : Desa Pasawahan Kecamatan Dayeuhkolot
- Selatan : Kecamatan Baleendah
- Barat : Desa Cangkuang Kecamatan Dayeuhkolot
- Timur : Desa Bojongsoang Kecamatan Bojongsoang
Topografi wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot adalah dataran rendah, sebagian besar dilalui oleh aliran sungai Citarum dengan ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 600 meter sampai 732 meter dan curah hujan 2400mm/thn, sehingga wilayah kerja merupakan daerah rawan banjir di mana dari 37 RW terdapat 15 RW merupakan daerah rawan banjir yaitu 6 RW di Desa Citeureup dan 9 RW di Desa Dayeuhkolot.Dari 3 desa binaan Puskesmas Dayeuhkolot tersebut hanya satu desa yaitu Desa Citeureup yang
telah menjadi Desa Siaga sejak bulan Juni tahun 2006.



b. Demografi
Jumlah Penduduk Wilayah Puskesmas Dayeuolot tahun 2008 yaitu 60.167 jiwa terdiri dari :
Tabel 1. Jumlah Penduduk tahun 2008
no DESA Jumlah penduduk Jumlah keluarga miskin Persentase keluarga miskin JML RW JML PY
1.
2.
3. Citereup
Dayeuhkolot
Sukapura 26.182
24.754
9.231 5.727
1.244
2.466 21.8 %
5.02%
26.7% 17
14
6 17
14
6
60.167 9.437 37 37
Sumber Data validasi data JPS tahun 2007
Dari tabel di atas tampak penyebaran penduduk yang tidak merata di setiap desa.Dimana 43,5 % berada di Desa Citeureup, 41,1 % berada di Desa Dayeuhkolot dan 15,5 % berada di Desa Sukapura.Pemberdayaan Masyarakat sudah baik, dimana semua RW di wilayah kerja telah mempunyai posyandu.

c. Data Sarana dan Prasarana
Puskesmas Dayeuhkolot mempunyai 1 buah puskesmas pembantu yang terletak di Desa Sukapura dan 1 buah polindes yang terletak di desa Citeureup.

Tabel 2. Data Fisik Puskesmas
Nama Puskesmas PUSKESMAS DAYEUH KOLOT
Kode Puskesmas 3 2 0 4 1 7 0 1

Alamat
Jalan Raya Dayeuhkolot
Tlp. (022)5223805
Status Puskesmas TTP
Status Puskesmas Dalam Program TB Paru PS
Jumlah Tempat Tidur -
Ruang laboratorium Ada
Kondisi Puskesmas Baik
Tahun Pembangunan ± 2008
Jumlah Pustu 1
Polindes 1
Jumlah Desa Yang Dilayani 3 Desa
Batas Wilayah :
- Utara
- Barat
- Timur
- Selatan
Desa Pasawahan
Desa Cangkuang
DesaBojongsoang
Desa Baleendah

d. Data Jenis Ketenagaan
Tabel 3. Jenis Ketenagaan
JENIS KETENAGAAN
1. Dokter
- Dokter umum PNS : 2 Org PTT : - Org
- Dokter Gigi PNS : 1 Org PTT : - Org
2. Apoteker PNS : - Org PTT : - Org
3. SKM PNS : - Org PTT : - Org
4. Sarjana Lain PNS : - Org PTT : - Org
5. Paramedis Keperawatan
- AKPER PNS : 1 Org PTT : - Org
- SPK/SPR PNS : 2 Org PTT : - Org
- Bidan PNS : 4 Org PTT : - Org
- Bidan Desa PNS : 1 Org BHL : 1 Org
6. Paramedis Non Keperawatan
- APK PNS : - Org PTT : - Org
- AKZI PNS : - Org PTT : - Org
- AAK PNS : - Org PTT : - Org
- Akademi Lainnya
- AKL PNS : - Org PTT : - Org
- SPPH PNS : 1 Org PTT : - Org
- SPAG PNS : 1 Org PTT : - Org
- SPRG PNS : 1 Org PTT : - Org
- AKG PNS : - Org PTT : - Org
- SAA PNS : 1 Org PTT : - Org
7. Pembentu Paramedis PNS : - Org PTT : - Org
8. Non Kesehatan PNS : 6 Org PTT : - Org
JUMLAH PNS : 21 Org BHL : 1 Org

Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Dayeuhkolot pada tahun 2008 sebanyak 21 orang terdiri dari 2 orang dokter umum,terbagi 1 orang sebagai Kepala Puskesmas dan I orang dokter umum di BP.1 orang dokter gigi,3 orang perawat,4 orang bidan Puskesmas,1 bidan desa PNS dan 1 bidan desa BHL.

e. Data Kesehatan
Dibawah ini kami sajikan hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot tahun 2008 dengan mengambil sampling secara acak dengan jumlah 210 KK.

Tabel 4. HASIL PENGKAJIAN PHBS TAHUN 2008
No.
1 Indikator
Ibu Bersalin Oleh Tenaga Kesehatan Prosentase
Citeureup Dayeuhkolot Sukapura
1 Ibu Bersalin Oleh Tenaga Kesehatan 100% 100% 100%
2 Ibu Memberikan ASI Ekslusif 100% 100% 100%
3 Tidak Ada Anggota Keluarga Yang Merokok 93,88% 31,75% 25,31%
4 Melakukan Aktivitas Fisik/Olah Raga Setiap Hari 51.73% 33,26 64,19%
5 Makan Dengan Gizi Seimbang (Makan Sayur Dan Buah Setiap Hari) 86,32% 62,33 73,33%
6 Mencuci Tangan Pakai Sabun 99.95% 62,67 74,68%
7 Mempunyai Jaminan Kesehatan 59,39% 48,85 30,48%
8 Tersedia Sarana Air Bersih 93,88% 63,93% 64,66%
9 Tersedia Jamban Bersih 90,96% 62,67% 57,90%
10 Kesesuaian Luas Lantai Dengan Jumlah Penghuni 90,32% 56,64% 70,86%
11 Lantai Rumah Bukan Dari Tanah 95,53% 63,65% 73,79%
12 Rumah Bebas Jentik 96,66% 53,38% 73,79%

Dari tabel di atas dapat kita lihat pencapaian cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Citeureup tampak lebih besar dibandingkan dengan 2 desa lainnya.Hasil di Desa Citeureup pada indicator ibu bersalin oleh tenaga kesehatan dan memberikan ASI eksklusif mencapai 100%, tidak ada keluarga yang merokok 93,88%, melakukan aktifitas olah raga 51,73%, makan dengan gizi seimbang 86,32%, mencuci tangan pakai sabun 99,95%, dan mempunyai jaminan kesehatan 59,39%.Adapun pada indikator lingkungan hasil untuk desa citeureup yaitu tersedia sarana air bersih 93,88%, tersedia jamban bersih 90,96%, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 90,32%, lantai rumah bukan dari tanah 95,53% dan rumah bebas jentik 96,66%.
1.3 Perumusan Masalah
Dari hasil yang didapat berdasarkan data hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga yang diselenggarakan tahun 2008 di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot di buat rumusan masalah “ Usaha-usaha apakah yang dapat dilakukan dalam upaya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat agar dapat optimal sehingga dapat terwujud Desa Siaga menuju Desa Sehat di seluruh wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot ? “

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai kajian keberhasilan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas Dayeuhkolot.

1.4.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat
pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pembentukan desa siaga.
c. Untuk mendapatkan informasi tingkat kesulitan di lapangan yang
menghambat pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

1.5 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah ;
a. Sebagai tolok ukur keberhasilan program PHBS di Puskesmas
Dayeuhkolot.
b. Sebagai bahan referensi untuk peningkatan program kesehatan agar
berkesinambungan.
c. Sebagai acuan dan penentu arah kebijakan untuk stake holder.























BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari Pembangunan Nasional.Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sunber daya manusia Indonesia.Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis sinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
1. Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran , kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggungjawab sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten atau kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah kerja
Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.

Untuk tercapainya pembangunan kesehatan, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya tersebut dikelompokan menjadi 2 yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya KIA dan KB
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan.

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu strategi dalam program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan fungsi puskesmas yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan memiliki makna bahwa puskesmas harus berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu, berorientasi, serta dilandasi oleh kesehatan sebagai factor pertimbangan utama. Pembangunan yang dilaksanakan di kecamatan, seyogyanya yang berdampak positif terhadap lingkungan sehat dan perilaku sehat, yang muatanya adalah peningkatan kesehatan masyarakat. Fungsi menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dapat dinilai dari seberapa jauh institusi jajaran non kesehatan memperhatikan kesehatan bagi institusi dan warganya. Pengkajian PHBS meliputi pengkajian PHBS sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum serta rumah tangga.
PHBS di rumah tangga diarahkan untuk memberdayakan setiap keluarga atau anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada, serta berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.

Indikator perilaku hidup bersih dan sehat :
1. Ibu Bersalin Oleh Tenaga Kesehatan
2. Ibu Memberikan ASI Ekslusif
3. Tidak Ada Anggota Keluarga Yang Merokok
4. Melakukan Aktivitas Fisik/Olah Raga Setiap Hari
5. Makan Dengan Gizi Seimbang (Makan Sayur Dan Buah Setiap Hari)
6. Mencuci Tangan Pakai Sabun
7. Mempunyai Jaminan Kesehatan
8. Tersedia Sarana Air Bersih
9. Rumah Bekas Jentik
10. Kesesuaian Luas Lantai Dengan Jumlah Penghuni
11. Lantai Rumah Bukan Dari Tanah
12. Tersedia Jamban Bersih
Klasifikasi strata PHBS adalah sebagai berikut :
1. Strata PHBS I apabila rumah tangga sehat mencapai <25%
2. Strata PHBS II apabila rumah tangga sehat mencapai 25%-49%
3. Strata PHBS III apabila rumah tangga sehat mencapai 50%-75%
4. Strata PHBS IV apabila rumah tangga sehat mencapai >75%

Dalam era reformasi,masyarakat harus dapat berperan aktif dalam pembangunan kesehatan,dimulai sejak penyusunan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyrakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan. Dalam pemberdayaan masyarakat perlu terus dikembangkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dalam rangka mewujudkan Desa Siaga menuju Desa Sehat.
Pengertian Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan,bencana,dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.
Tujuan Desa Siaga adalah ;
a. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan.
b. Meningkatnya kegiatan masyarakat desa dalam mengantisipasi dan melaksanakan tindakan penyelamatan ibu hamil, melahirkan, nifas, bayi dan anak menuju penurunan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu.
c. Meningkatnya kegiatan masyarakat desa dalam pengamatan penyakit/factor-faktor resiko dan kesiapsiagaan serta penanggulangan bencana, kejadian luar biasa, wabah dan kegawatdaruratan.
d. Meningkatnya keluarga yang sadar gizi (Kadarzi) serta melaksanakan PHBS.
e. Meningkatnya sanitasi dasar (RAKSA).
f. Meningkatnya kemauan dan kemampuan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dibidang kesehatan dengan melaksanakan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan,akses terhadap pelayanan kesehatan,mengembangkan berbagai UKBM dan sistem pembiayaan berbasis masyarakat.

Indikator Desa Siaga adalah :
1. Adanya Forum Masyarakat Desa
2. Adanya sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukannya.
3. Adanya UKBM yang dikembangkan.
4. Adanya sistem pengamatan penyakit dan faktor resiko berbasis masyarakat.
5. Adanya sistem kesiap-siagaan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
6. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya lingkungan sehat.
7. Adanya upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS.
8. Adanya upaya menciptakan keluarga sadar gizi.




















BAB III
KERANGKA PIKIR

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota.Untuk hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan.Diharapkan di satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak positif terhadap kesehatan.

Puskesmas memerlukan dukungan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan.Dalam salah satu pelaksanaan azas penyelenggaraan puskesmas yaitu Azas Pemberdayaan Masyarakat mempunyai arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas.Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah azas keterpaduan, yang diperlukan untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, baik berupa keterpaduan lintas program maupun keterpaduan lintas sektor.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS) merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan kesehatan masyarakat. Dalam pembangunan kesehatan, masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan, harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan sepenuhnya dengan segala daya yang dimiliki untuk dapat menerapkan PHBS dalam kehidupannya sehari-hari.Pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari rumah tangga, karena rumah tangga yang telah melaksanakan PHBS merupakan asset dan modal pembangunan kesehatan di masa yang akan depan yang perlu dijaga, dilindungi dan ditingkatkan kesehatannya.Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan salah satu upaya strategis untuk menggerakkan dan memberdayakan keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat.PHBS di rumah tangga diarahkan untuk memberdayakan setiap keluarga atau anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, memanfaatkan sarana pelayanan yang ada, serta berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.Dengan demikian diharapkan pembinaan PHBS di rumah tangga dapat mempercepat terwujudnya rumah tangga ber-PHBS untuk menjadi rumah tangga sehat, sebagai salah satu indikator desa siaga yang akhirnya akan mewujudkan Desa Sehat yang pada akhirnya mendukung Indonesia sehat.












BAB IV
PEMBAHASAN

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta pemberdayaan masyarakat bertujuan juga untuk memberdayakan individu , keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif.Sehingga tercapailah Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat yaitu suatu kondisi di mana masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat (Visi Departemen kesehatan ).

Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayahnya.Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional.Sehubungan dengan hal tersebut Puskesmas Dayeuhkolot berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan kesehatan baik berupa usaha promotif, preventif, kuratif serta adanya ker ja sama dengan lintas sektor.

Pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Dayeuhkolot diselenggarakan sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas yaitu Azas Pertanggungjawaban Wilayah. Azas Pemberdayaan Masyarakat , Azas keterpaduan dan Azas Rujukan. Puskesmas Dayeuhkolot dalam pelaksanan upaya kesehatannya selalu berusaha melakukan koordinasi baik itu secara lintas program maupun lintas sektor. Pada bab sebelumnya telah disajikan bahwa dari hasil pengkajian PHBS rumah tangga yang dilakukan pada tahun 2008 terdapat perbedaan antara hasil pengkajian PHBS Desa Citeureup dengan Desa Dayeuhkolot dan Sukapura.Untuk indikator persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian ASI eksklusif semua sudah mencapai 100 %.Indikator tidak ada anggota keluarga yang merokok Desa Citeureup mencapai 93,88%, sedangkan Desa Sukapura 25,31 dan Desa Dayeuhkolot 31,75 %.Indikator melakukan aktifitas olah raga Desa Citeureup 51,73%, Desa Sukapura 33,26% dan Desa Dayeuhkolot 64,19%.Indikator makan dengan gizi seimbang untuk Desa Citeureup 86,32%, Desa Dayeuhkolot 62,23% dan Desa Sukapura 73,33%.Indikator mencuci tangan pakai sabun untuk Desa Citeureup 99,95%, Desa Dayeuhkolot 62,67% dan Desa Sukapura 74,68%.Indikator mempunyai jaminan kesehatan untuk Desa Citeureup 59,39%, Desa Dayeuhkolot 48,85% dan Sukapura 30,48%. Indikator tersedia sarana air bersih Desa Citeureup 93,88%, Desa Dayeuhkolot 63,93% dan Desa Sukapura 64,66%.Indikator tersedia jamban bersih untuk Desa Citeureup 90,96%, Desa Dayeuhkolot 62,67% dan Desa Sukapura 57,90%.Indikator kesesuaianluas lantai dengan jumlah penghuni untuk Desa Citeureup 90,32% , Desa Dayeuhkolot 56,64% dan Desa Sukapura 73,79%.Indikator lantai rumah bukan dari tanah untuk Desa Citeureup 95,53%, Desa Dayeuhkolot 63,65% dan Desa Sukapura 73,79%.Indikator rumah bebas jentik untuk Desa Citeureup 96,66%, Desa Dayeuhkolot 53,38% dan Desa Sukapura 73,79%.
Bila kita telaah hasil pengkajian tersebut dapat dilihat bahwa hasil untuk Desa Citeureup lebih baik dibanding dengan 2 desa lainnya.Pada pelaksanaan di lapangan sejak terbentuknya Desa Citeureup menjadi Desa Siaga dan mendapat bantuan Program Pendanaan Kompetisi – PPK IPM dari bantuan Gubernur Jawa Barat terlihat dampak yang sangat nyata, di mana hasil cakupan untuk upaya kesehatan meningkat.Di bawah ini kami sajikan cakupan Polindes Desa Citeureup tahun 2007 dan 2008.





Tabel 5
Hasil cakupan KIA Polindes Desa Citeureup tahun 2007 dan 2008

Cakupan 2007 2008
K1
100,2% 101,1%
K4 96,9% 93,59%
Linakes 91,8% 109,51%
Neonatus 97,2% 94,5%
Restibumil 3,8% 3,11%
DPT 1 99% 100,6%
DPT 3 94% 96,5%
Polio 94,2% 95,5%
TT 1 98,4% 101,6%
TT 2 93% 93,2%
Campak 95,2% 95,5%

Dari tabel diatas dapat dilihat cakupan Program KIA Polindes Desa Citeureup semakin baik dan selalu di atas target.Hal ini didukung pula oleh indikator Desa Siaga yang telah dilaksanakan seperti :
- Adanya Forum Masyarakat Desa , yang terdiri dari 10 orang fasilitator terlatih dan organisasi yang telah berjalan dengan baik.
- Adanya UKBM yang dikembangkan seperti Posyandu setiap RW, 3 buah PAUD, 3 buah Posbindu, 3 buah BKB, 3 kelompok olah raga,kelompok donor darah, dan angkutan ibu bersalin.
- Telah terbentuk Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) penanggulangan bencana.
- Adanya pendataan dan visualisasi data PHBS rumah tangga.
- Adanya upaya menciptakan keluarga sadar gizi.
- Adanya sistem pengamatan penyakit dan faktor resiko berbasis masyarakat berupa pembuatan stiker ibu hamil dan resiko tinggi.

Pada pengamatan di lapangan penerapan PHBS tanpa dukungan dari Muspika dan masyarakat sangatlah sulit dilaksanakan.Walaupun adanya bantuan dari PPK-IPM tetapi tanpa dukungan masyarakat dan aparat setempat pelaksanaan PHBS menuju Desa Siaga sulit diwujudkan.Perlu adanya suatu komitmen yang kuat dari Muspika dalam pelaksanaan upaya kesehatan ini, dimana terkadang timbul opini bahwa upaya kesehatan hanyalah milik puskesmas atau dinas kesehatan saja. Atau kadang alasan keadaan ekonomi menjadi kendala.Dalam pelaksanaan di lapangan sangat terasa dukungan aparat desa dan masyarakat Desa Citeureup sangat besar dalam pelaksanaan PHBS dan mewujudkan terbentuknya Desa Siaga.Sayangnya hal ini belum dapat dilaksanakan di 2 desa lainnya.Padahal apabila kita kaji lebih dalam dampak kesehatan yang dirasakan akan sangat besar terhadap kehidupan sekarang dan yang akan datang.

Berdasarkan Teori H.L.Blum bahwa derajat kesehatan yang paling besar dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu 45% lingkungan, 30% perilaku, 20% pelayanan kesehatan dan 5% keturunan.Di sini jelas bahwa faktor lingkungan dan perilaku mempunyai kontribusi sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan.Penerapan PHBS pada berbagai tatanan merupakan investasi yang sangat besar, untuk itu diperlukan suatu peraturan walaupun yang sifatnya sangat mengikat agar para penentu kebijakan di luar Dinas Kesehatan memahami pentingnya penerapan PHBS ini atau diberikan suatu dana stimulus untuk masyarakat seperti yang telah dilaksanakan.

Perlu adanya suatu kebijakan yang berkesinambungan dalam penyelenggaraan pemerintah, yang tidak akan berubah atau terhenti dikarenakan terjadi pergantian kepemimpinan, hal ini sering terjadi di lapangan .Keadaan ini terjadi di karena pelaksanaan manajemen yang kurang baik, misalnya pada kepemimpinan yang lama telah dibuat suatu program masalah penanggulangan sampah dalam upaya Gerakan Bersih Lingkungan Setiap Saat(GBLSS), karena terjadi mutasi pegawai dan tidak adanya koordinasi serta administrasi yang baik, sehingga usaha yang telah dirintis kembali menemui jalan buntu. Untuk mengatasi hal ini perlu diperbaiki fungsi manajemen agar saling berkesinambungan.

Upaya lain yang dapat ditempuh adalah pemberian penghargaan kepada perorangan, kelompok atau lembaga di masyarakat yang telah mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan ini.Pemberian penghargaan tersebut tidak harus selalu dalam bentuk materi tetapi dapat dalam bentuk sederhana seperti kartu sebagai kader aktif posyandu yang dicanangkan secara nasional atau pembuatan hymne kader kesehatan seperti yang diciptakan untuk para guru, sehingga para kader kesehatan merasa bangga dengan kiprahnya mendukung pembangunan kesehatan.























BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab selanjutnta dapat disimpulkan bahwa :
- Pemberdayaan masyarakat sangat berperan penting dalam pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menuju Desa Siaga untuk mewujudkan Desa Sehat dan mencapai Indonesia Sehat 2010.
- Pada desa yang telah menerapkan PHBS serta dikembangkan menjadi Desa Siaga tampak hasil yang nyata dalam peningkatan cakupan program kesehatan.
- Faktor-faktor yang kurang mendukung PHBS antara lain kurangnya komitmen yang kuat dari penentu kebijakan untuk menerapkan PHBS, koordinasi dan manajemen tingkat Muspika harus diperbaiki.
- Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendukung PHBS antara lain adanya komitmen yang kuat dari penentu kebijakan, pelaksanaan manajemen dan koordinasi dalam semua sektor diperbaiki, dibut peraturan yang mengikat dalam pelaksaan PHBS, adanya kebijakan yang berkesinambungan, dan pemberian penghargaan kepada perorangan, kelompok atau lembaga yang mendukung pembangunan kesehatan.


5.2 Rekomendasi
Bentuk kegiatan yang direkomendasikan :
a. Adanya komitmen yang kuat dari penentu kebijakan dalam penerapan PHBS.
b. Adanya koordinasi dan manajemen yang baik dalam semua sektor terkait.
c. Ditetapkannya peraturan yang mengikat mengenai penerapan PHBS.
d. Memberikan dana stimulus dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
e. Adanya kebijakan yang berkesinambungan.
f. Pembuatan Kartu Kader Kesehatan yang bersifat nasional.
g. Diciptakan Hymne Kader Kesehatan.































Abstrak

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran,kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan kesehatan masyarakat,Pemberdayaan masyarakat sangat berperan dalam menerapkan PHBS.Penerapan PHBS di rumah tangga merupakan upaya strategis untuk mempercepat terbentuknya rumah tangga ber-PHBS kemudian dikembangkan menjadi Desa Siaga untuk menuju Desa Sehat yang pada akhirnya mewujudkan Indonesia Sehat.


















KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkah dan rahmat-Nya, tersusunlah karya tulis ilmiah dengan judul : Pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas Dayeuhkolot.

Kami menyadari penyusunan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat kami butuhkan.

Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya untuk pelaksanaan pembangunan di Puskesmas Dayeuhkolot.



Bandung, 13 Mei 2009
Penulis


Vini Adiani Dewi, dr












DAFTAR ISI

Abstrak .......................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................ii
Daftar Isi ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................1
1.2 Masalah .................................................................................2
1.3 Perumusan Masalah ..............................................................7
1.4 Tujuan Umum dan Khusus ...................................................7
1.5 Manfaat .................................................................................8
BAB II TINJAUAN LITERATUR ..........................................................9
BAB III KERANGKA PIKIRAN ..........................................................14
BAB 1V PEMBAHASAN .....................................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................22
LAMPIRAN















DAFTAR PUSTAKA

- Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, ARRIF Pedoman Manajemen Peranserta Masyarakat, Jakarta 2001.
- Departemen Kesehatan RI, Proyek Keluarga dan Gizi, ARRIME Pedoman Manajemen Puskesmas, Jakarta 2002.
- Departemen Kesehatan RI, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Jakarta 2004.
- Departemen Kesehatan RI, Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009, Jakarta Mei 2006.
- Departemen Kesehatan RI, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta 2004.
- Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Jakarta 2008.
- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat,Petunjuk Teknis Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga,Bandung 2008.
- Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Tim Pembina Program Kabupaten Bandung Sehat 2007,Gerakan Bersih Lingkungan Setiap Saat, Bandung 2005.
- Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, Buku Saku Pengembangan Desa Siaga Di Kabupaten Bandung, Bandung 2008.
- Stikes Dharma Husada Bandung, Buku Panduan Desa Siaga, Bandung 2006.








PENGKAJIAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAYEUHKOLOT


Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti Pemilihan Tenaga Kesehatan Teladan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009


Oleh :
R. Vini Adiani Dewi, dr.
Nip. 197201162002122002

PELAKSANAAN UPAYA PUSKESMAS

PELAKSANAAN UPAYA PUSKESMAS

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten – kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Dengan penjabaran sebagai berikut :
1) Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kota berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2) Pembangunan Kesehatan
Adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3) Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Pertanggungjawaban hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupatan sesuai kemampuannya.
4) Wilayah Kerja
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi apabila lebih dari satu puskesmas,maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan kesehatan, puskesmas Dayeuhkolot berupaya menjalankan sesuai dengan fungsi puskesmas yaitu :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan,keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran ,kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat.
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Tujuan Umum
Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal diwilayah kerja Puskesmas Dayeuh Kolot melalui kegiatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan kuratif, dengan mengembangkan peran serta masyarakat menuju Bandung Sehat 2010.

Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui forum dan Pokja Sehat serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat memahami permasalahan, menyusun perencanaan dan dapat melaksanakan kegiatan Kecamatan Sehat
b. Memberdayakan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit menular
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan dilaksanakannya PHBS
d. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana

Sasaran
Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri untuk mencapai Kabupaten sehat.

Kebijakan
a. Penerapan pendekatan Kecamatan Sehat masing-masing wilayah didasarkan kepada permasalahan setempat, dimulai dari prioritas masalah yang ada di Puskesmas Dayeuh Kolot.
b. Pelaksanaan kegiatan kecamatan sehat sepenuhnya dibiayai dan dilakasanakan oleh daerah yang bersangkutan dengan menggunakan mekanisme pendekatan kecamatan sehat, yaitu menggunakan pendekatan konsep pendekatan masyarakat, dari, oleh dan untuk masyarakat.
c. Pendekatan kegiatan kecamatan sehat melibatkan peran aktif masyarakat dalam seluruh proses penyelenggaraan pembangunan di derah, sehingga seluruh potensi masyarakat dapat diberdayakan secara optimal dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
d. Pemerintah berperan menyusun kebijakan, strategi dan pedoman umum, sektor-sektor di kecamatan berperan dalam mengembangkan petunjuk teknis dan standar yang sesuai dengan daerah. Pelaksanaan kegiatan diselenggarakan kepada pemerintah daerah dan masyarakat melalui forum dan pokja kecamatan sehat.
e. Evaluasi kegiatan kecamatan sehat dilakukan oleh forum kecamatan sehat dan pokja bersama-sama pemerintah daerah, LSM, Media Massa selaku pelaku pembangunan.

Strategi
a. Pendekatan kegiatan kecamatan sehat dimulai dari pembentukan desa sehat kemudian diharapkan berkembang secara terus menerus dinamik, sehingga meliputi seluruh desa kemudian dapat mendorong kecamatan lain untuk meniru mengembangkan juga.
b. Pembentukan desa sehat dimulai dari keberhasilan pencapaian desa atau kelurahan Bina Raksa yang disertai dengan upaya penyuluhan yang terus menerus untuk mendorong masyarakat memaafkan sarana RAKSA sebagaimana mestinya dan berperilaku sehat secara terus menerus.
c. Pembentukan Kecamatan Sehat terjadi setelah sebagian desa atau kelurahan dalam wilayahnya menjadi desa atau kelurahan sehat yang disertai dengan peningkatan kesehatan tempat tempat umum dan tempat pengolahan makanan di wilayahnya.
d. Pembentukan Kecamatan Sehat sejalan dengan peningkatkan pemanfaatan Rencana Umum Tata Ruang, pengawasan pembangunan agar tidak merugikan kesehatan masyarakatnya.


e. Meningkatkan pemberdayaan Masyarakat melalui forum dan pokja sehat, serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat memahami permasalahan, menyusun perencanaan dan dapat melaksanakan kegiatan Kecamatan Sehat.
f. Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM, Pemerintah, Legislatif, di dalam menyelenggarakan kegiatan Kecamatan Sehat.
g. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan, di dalam mewujudkan Kecamatan Sehat.
h. Membentuk RW siaga dengan tujuan semua desa menjadi desa siaga.
i. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam kondisi yang tertib hukum, dan peka terhadap lingkungan fisik, sosial dan budaya yang sehat.

3.1 UPAYA WAJIB
a. Pelaksanaan Program Kesehatan Ibu dan Anak
1) Pemeriksaan kehamilan, untuk mengetahui secara dini bila terdapat kelainan pada masa kehamilannya.
2) Melaksanakan imunisasi pada Bayi dan Bumil dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
3) Pemeriksaan Neonatus ke-1 dan ke-2, untuk mencegah penyakit dan menurunkan angka kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit.
4) Pemeriksaan nifas, untuk mencegah infeksi masa nifas.
5) Pemeriksaan Keluarga Berencana, untuk menurunkan angka kelahiran.

b. Perbaikan Gizi
1) Melaksanakan perbaikan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam, seimbang dan bermutu gizi melalui pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan gizi kelompok institusi.
3) Melaksanakan upaya pencegahan dan penanggulangan masalah gizi.

c. Pemberantasan Penyakit Menular
1) Melaksanakan sistem kewaspadaan dini (SKD) / pengamatan penyakit.
2) Melaksanakan imunisasi.
3) Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.
4) Pencegahan dan pemberantasan penyakit tuberculosis.
5) Pencegahan dan penanggulangan penyakit Pnemonia pada Balita.
6) Pencegahan dan penanggulangan penyakit Diare pada Balita.
7) Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV / AIDS.
8) Eliminasi penyakit kusta.
9) Eradikasi polio, Eliminasi Tetanus Neonnatorum dan Reduksi Campak.

d. Program Penyehatan Lingkungan
1) Melaksanakan pembinaan peningkatan keluarga yang menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan.
2) Melaksanakan pembinaan peningkatan keluarga yang menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Melaksanakan penyuluhan penggunaan air bersih .
4) Melaksanakan pendataan keluarga yang menggunakan air bersih.

e. Program Promosi dan pemberdayaan Masyarakat
1) Melaksanakan promosi program kesehatan.
2) Melaksanakan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3) Melaksanakan pembinaan revitalitas Posyandu / Posbindu.

f. Program Pengobatan
1) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar.
2) Melaksanakan peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, termasuk pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin.

g. Perawatan Kesehatan Masyarakat / PHN
Melaksanakan kunjungan rumah pada kelompok masyarakat yang beresiko tinggi terhadap penyakit.

3.2.Upaya Pengembangan
a. Kesehatan Mata
b. Kesehatan Gigi dan Mulut
c. Kesehatan Jiwa
d. Usaha Kesehatan Anak Sekolah
e. Usila
f. Program obat, makanan dan bahan berbahaya
g. Laboratorium
h. Jamkesmas dan Gakinda

3.3 Upaya Inovatif
Upaya inovatif yang telah dirintis dalam meningkatkan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Dayeuhkolot adalah Kemitraan, bentuknya berupa :
1. Bekerja sama dengan Lions Club dalam upaya meningkatkan kesehatan gizi balita di wilayah RW 14 desa Citeureup di mana di daerah tersebut banyak balita dari keluarga miskin.Di mana kerjasama tersebut dalam bentuk Pemberian Makanan Tambahan selama 1 tahun yaitu dari bulan Juli 2008 sampai dengan bulan Juli 2009.Hasil pemantauan gizi pada sasaran terlampir.
2. Membentuk satuan tanggap bencana dalam intern puskesmas yang diikuti dengan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan penanganan pengungsi tingkat kecamatan. (Surat keputusan satlak PBP terlampir).

Kisah cinta seekor cicak

Kisah cinta seekor cicak
Ketika sedang merenovasi rumah, seorang pemuda cuba meruntuhkan suatu tembok. Rumah di Japan biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang dibuat dari kayu. Ketika tembok itu mulai roboh, dia menemui seekor cicak yang terperangkap di antara ruangkosong itu kerana kakinya melekat pada sebatang paku.
Dia merasa kasihan sekaligus heran. Lalu dia memperhati paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibuat.
Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan keadaan terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Pemuda itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!
Pemuda itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya…. AHHHH!
Pemuda itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta…cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki kurnia yang begitu mengagumkan.
Moral.
Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berfikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan….. Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi.
JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia dan peningkatan derajat kesehatan merupakan faktor utama dan tujuan hakiki dari pembangunan. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ).
Pemerintah Propinsi Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat untuk mengakselerasi pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jawa Barat dengan target IPM 80 pada Tahun 2010. Akselerasi tersebut diperlukan dalam rangka persiapan mengantisipasi dampak globalisasi di Indonesia.
Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, memiliki andil dalam pencapaian target IPM Jawa Barat tersebut. Dilihat dari realisasi , pencapaian IPM di Kabupaten Bandung pada Tahun 2004 belum memenuhi target yang telah ditetapkan (68,52 dari target sebesar 69,80). Oleh karena itu diperlukan upaya – upaya untuk meningkatkan kinerja semua sektor agar dapat bekerja optimal serta meningkatkan kerjasama dan partisipasi nyata dari semua pihak.
Bertitik tolak dari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bandung mendisain suatu program untuk meningkatkan IPM melalui Peningkatan Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan serta Indeks Daya Beli yang difasilitasi oleh Program Pendanaan Kompetisi ( PPK ) Akselerasi Peningkatan IPM Jawa Barat.
Komponen IPM terdiri dari tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan daya beli masyarakat. Untuk bidang Kesehatan ditentukan oleh Umur Harapan Hidup (UHH). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi UHH adalah :
1. Angka Kematian Ibu ( AKI ).
2. Angka Kematian Bayi ( AKB ).
3. Angka Kematian Balita ( AKABA ).
4. Angka Kematian Kasar ( AKK ).
Selain faktor – faktor diatas, perilaku hidup bersih sehat di masyarakat dan kesehatan lingkungan juga berperan dalam peningkatan UHH tersebut. Dengan demikian upaya peningkatan IPM di Kabupaten Bandung diprioritaskan kepada identifikasi masalah dan intervensi pemecahan masalah terutama terhadap upaya kesehatan ibu dan anak serat upaya peyehatan kesehatan lingkungan pemukiman
Ada beberapa masalah yang menjadi kendala dalam peningkatan IPM di Kabupaten Bandung. Permasalahan tenaga kesehatan seperti rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga Bidan, rendahnya kualitas pelayanan Puskesmas serta peran dan pungsi Polindes yang belum optimal tentunya akan mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan publik yang selanjutnya mempunyai dampak terhadap UHH.
Jumlah kematian ibu (AKI) yang tercatat di Kabupaten Bandung pada tahun 2005 sebanyak 44 orang . Sedangkan jumlah kematian bayi (AKB) sebanyak 105 Orang. (Berdasarkan data BPS Tahun 2003 di Jawa Barat AKI 321,15 / 100.000 KH dan AKB 43,83/1000 KH). Kasus kematian tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya akibat keberadaan polindes yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak. Polindes yang ada di wilayah Kabupaten Bandung berjumlah 129 dan yang berfungsi kira-kira 60 % dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk pelayanan persalinan. Melalui kegiatan PPK IPM Bidang Kesehatan sebanyak 20 Polindes akan dioptimalkan peran dan fungsinya sebagai Polindes mandiri, juga sebagai pusat informasi kesehatan tingkat desa. Dalam upaya optimalisasi polindes mandiri tersebut maka untuk mendekatkan dan memeratakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di desa ditempatkan seorang bidan di desa di bawah pembinaan dokter puskesmas.
Sesuai dengan kewenangannya bidan desa memberikan pelayanan KIA dan KB (Kesehatan Reproduksi ) bekerjasama dengan dukun bayi dan fasilitator desa,juga melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak,membina posyandu serta pengembangan polindes sebagai pusat informasi kesehatan di desa.

II. PENGERTIAN
Pondok Bersalin adalah suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan Kesehatan masyarakat desa, untuk mamberikan pelayanan KIA dan KB. Pondok Bersalin dikelola oleh bidan di desa bekerjasama dengan dukun bayi, serta dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat. Pertolongan persalinan yang ditangani di Pondok Bersalin adalah persalinan normal. Dalam memberikan pelayanan dengan memperhatikan 21 penapisan.
21 Penafisan untuk segera merujuk ke PONED /RS adalah :
1. Riwayat Bedah sesar
2. Penyakit kronis : kencing manis, jantung, asma berat, TBC, kesulitan bernafas
3. Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah (Show )
4. Kehamilan kurang bulan ( 37 minggu )
5. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
6. Ketuban pecah bercampur dengan meconium disetai tanda-tanda gawat janin
7. Ketuban pecah lama > 24 jam
8. Ketuban pecah dengan kehamilan < 37 minggu
9. Tanda-tanda atau gejala-gejala :
 Temperatur tubuh 38 “c
 Menggigil
 Nyeri abdomen
 Cairan ketuban yang berbau
10. Ikterus
11. Anemia berat
12. Tekanan Darah > 160 / 110 ( PEB )
13. Tinggi Fundus Uteri > 40 cm
 Makrosomi
 Kehamilan kembar
 Poly hidramnion
14. Gawat janin dengan : “DJJ” < 100 atau > 180 / menit
15. Primipara pada persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5
16. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang, lintang, dsb)
17. Tali Pusat menumbung
18. Presentasi Ganda ( majemuk )
19. Tanda dan gejala syok
20. Tanda dan gejala partus lama
21. Tanda dan gejala persalinan dengan Fase laten yang memajang (fase laten > 8 jam, kontraksi teratur > 2 kali dalam 10 menit )
 Partograf mengarah garis waspada
 Pembuka serviks < 1 cm perjam
 Kurang dari 2 kontraksi / 10 menit

III. SYARAT PONDOK BERSALIN
1. Ada bidan dan tinggal di desa
2. Tersedia sarana dan prasarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan antara lain :
 Bidan KIT
 IUD KIT
 Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
 Timbangan Berat Badan Ibu
 Pengukur tinggi badan
 Infus set dan cairan dextrose 5 % ,Nacl 0,9 %
 Obat-obatan sederhana dan uterotonika
 Buku-buku Pedoman KIA, KB, dan Pedoman Kesehatan lainnya
 Inkubator sederhana
 Pencatatan dan pelaporan KIA ( R/R )
 Penyediaan air bersih
 Ventilasi cukup
 Penerangan cukup
 Tersedia sarana pembuangan aiir Limbah
 Ukuran minimal 3 x 4 meter persegi
 Lingkungan pekarangan bersih
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat antara lain :
 Penyedian air bersih
 Ventilasi cukup
 Penerangan cukup
 Tersedia sarana pembuangan air limbah
 Ukuran minimal 3x4 meter persegi
 Lingkungan pekarangan bersih
4. Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat
5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum,minimal 1 (satu) tempat tidur

IV. TUJUAN POLINDES MANDIRI

UMUM :
Memperluas jangkauan dan mutu pelayanan dan mendekatkan pelayanan KIA termasuk KB kepada masyarakat juga sebagai informasi kesehatan tingkat desa.

KHUSUS :
 Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan antenatal dan persalinan normal bekerjasama dengan fasilitator desa
 Meningkatkan kemitraan dukun bayi
 Meningkatkan kesempatan konsultasi dan penyuluhan Kesehatan bagi ibu dan keluarganya, khusunya dalam program KIA,KB,Gizi,Imunisasi,dan penggulangan Diare dan ISPA
 Meningkatkan pelayanan Kesehatan bayi dan anak serta pelayanan Kesehatan lainnya oleh bidan sesuai dengan kewenangannya

V.FUNGSI POLINDES MANDIRI
 Sebagai tempat pelayanan Kesehatan ibu termasuk pelayanan medis KB
 Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
 Sebagai pusat informasi Kesehatan di tingkat desa ( untuk konsultasi,penyuluhandan pendidikan Kesehatan bagi masyarakat, dukun bayi dan kader )

VI. KEGIATAN-KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
Kegiatan yang dilaksanakan di polindes di atur oleh bidan di desa bekerjasama dengan dukun paraji dan kader (posyandu, KPKIA ) juga dengan fasilitator desa.Kegiatan ini meliputi :
1. Memerikasa kehamilan termasuk memberikan imunisasi TT pada ibu hamil dan deteksi dini kehamilan
2. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan risiko sedang
3. Memberikan pelayanan Kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui
4. Memberikan pelayanan Kesehatan neonatal,bayi,anak balita dan anak prasekolah serta imunisasi dasar pada bayi
5. Memberikan pelayanan keluarga Berencana
6. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi baik ibu maupun bayinya
7. Menampung rujukan dari dukun bayi , kader posyandu,dasawisma /KP-KIA
8. Melaksanakan Rujukan Kasus Kelainan
9. Melatih dan membina dukun bayi, kader, Dasa Wisma/KP-KIA
10. Memberikan penyuluhan Kesehatan dan gizi
11. Mencatat dan melaporkan hasil kegiatan ke puskesmas

VII.PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Polindes Mandiri sebagai suatu sarana yang memberikan pelayanan Kesehatan di desa, secara umum berada di bawah bimbingan dan pengawasan kepala Puskesmas setempat. Pembinaan dan pengawasan dari Puskesmas berdasarkan :
1. Peraturan Menteri Kesehatan R.I No.463/Menkes/Per/IX / 11980,tanggal 27 September 1980 tentang wewenang Bidan
2. Permenkes No.623/Menkes/Per/IX/1980,tanggal 25 September 1989 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan R.I No.363 /Menkes /Per/IX/1980 tentang Wewenang Bidan
3. Permenkes Nomor 920 /Menkes/Per/XII/1986,tanggal 12 desember 1986 tentang upaya pelayanan Kesehatan swasta di bidang medik
4. Surat Edaran Dirjen Binkesmas Dep .Kes.RI nomor 664/Binkesmas /DJ/V/1987 tentang Petunjuk Pelaksanaan Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di bidang medik dasar
5. Agar Polindes berfungsi lancar maka merujuk pada INMENDAKGRI nomor 8 tahun 1990 tentang Pokjanal Posyandu
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 900 / MENKES / SK / VII / 2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan

VIII.PEMBIAYAAN
Untuk pelayanan di Polindes dapat dipungut biaya jasa oleh pengelola Polindes yang ditetapkan secara musyawarah bersama masyarakat ( MMD ) serta disesuaikan dengan kemampuan masyarakat

IX.PERIZINAN
Untuk ketentuan serta izin Polindes Mandiri akan diajukan tentang Regulasi / Legalisasi tentang Polindes Mandiri oleh Pemerintah Daerah

X. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan Polindes dilaksanakan seperti yang berlaku untuk praktik bidan secara perorangan yang terdapat pada pasal 27 Bab VII Permenkes No 900 / Menkes / SK / VII / 2002

XI PENUTUP

Pedoman Pondok bersalin desa ( Polindes ) ini sebagai acuan untuk pengelola dalam melaksanakan kegiatan dalam memberikan dan meningkatkan pelayanan Kesehatan Ibu dan anak juga pelayanan Kesehatan Reproduksi.

sumber :PPK IPM Kabupaten Bandung Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung






































LAMPIRAN

Jumat, 17 Juli 2009

garam, hipertensi serta jantung

GARAM, HIPERTENSI SERTA JANTUNG

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, dan menyebabkan kematian. Sayangnya masih banyak orang yang menderita hipertensi tidak menyadarinya. Perlu diketahui, asupan garam yang berlebihan bisa menjadi pemicu.

Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. santosao Karokaro, SpJP mengatakan hipertensi sering disebut sebagai “The silent disease” karena hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda khas.

“Orang jarang sekali mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan dirinya ke dokter. Diperkirakan satu dari empat orang penderita hipertensi tidak mengetahui tekanan darahnya tinggi,” ungkap Santoso pada peringatan hari hipertensi dunia yang selenggarakan Novartis Indonesia dan Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu.

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.

Santoso mengatakan, hipertensi primer disebabkan oleh bertambahnya usia dan stres. Sedangkan hipertensi sekunder bisa dikatakan penyebabnya sudah pasti misalnya ganjal yang tidak berfungsi dan terganggunya keseimbangan hormon.

Namun yang pasti, lanjutnya, gaya hidup lah yang menjadi faktor utama penyebab hipertensi. Misalnya, Pola makan masyarakat yang tidak seimbang.

“Hipertensi dianggap hal yang biasa karena terkait gaya hidup modern. Kegemukan, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol adalah penyebab hipertensi yang banyak ditemukan dari tahun ke tahun,” paparnya.

Lebih lanjut Santoso memaparkan hipertensi meningkatkan risiko gagal jantung, penyakit jantung koroner,demensia, kerusakan ginjal, stroke, kebutaan dan kematian. Juga fakta penting, bahwa seseorang dengan tekanan darah tinggi tidak harus menunggu bertahun-tahun sebelum terjadi komplikasi.

“Hipertensi bisa menyerang tanpa peringatan, dan serangan pertama bisa merupakan yang terakhir,” imbuhnya.

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).

KURANGI ASUPAN GARAM

Waspadai asupan garam berlebih karena garam merupakan sumber sodium yang utama dan faktor utama penyebab meningkatnya tekanan darah atau hipertensi yang dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit kardiovaskuler.

Hipertensi terjadi jika ada peningkatan volume darah dan penyemputan pembuluh darah yang memaksa kerja jantung untuk memompa darah dan nutrisi. Garam menyebabkan tubuh menhan air dengan tingkat melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah dan tekanan darah tinggi.

Dengan begitu garam menjadi cikal bakal penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu di dunia yakni jantung. Secara global , menurut data Yayasan Jantung Indonesia, tujuh juta jiwa meninggal setiap tahunnya akibat tekanan darah tinggi.

Angka kematian ini bisa dicegah dengan merubah pola makan misalnya mengurangi asupan sodium. Meskipun sodium terkandung dalam garam namun 80% kandungan sodium terdapat pada makanan yang diproses atau makanan kemasan.

“Mengurangi konsumsi garam menjadi 6 gr per hari dapat menurunkan resiko stroke hingga 24%,” imbuh Santoso.

Di Indonesia menurut data dari Indonesian Society of Hypertension asupan garam harian mencapai 15 gr hingga dua kali liat yang direkomendasikan WHO yaitu 5 sampai 6 gr per hari. Ada tiga tahap diet rendah garam yakni terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).

Dengan begitu pengurangan asupan garam secara nasional adalah cara paling cepat dan murah untuk mencegah penyakit kardiovaskuler, imbuhnya. Dalam hal ini peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menurunkan angka kematian akibat kardiovaskuler.

Selain pada garam sumber sodium yang perlu diwaspadai berasal dari penyedap masakan (MSG). Budaya masyarakat Indonesia dalam menggunakan MSG di setiap masakan sangat megkhawatirkan. Belum lagi jajanan bebas seperti bakso, soto atau makanan kemasan. Tanpa disadari, asupan garam per hari sangat tinggi yang dapat memicu tekanan darah semakin meningkat. .

Sumber :

http://republika.co.id/berita/51265/Antara_Garam_Hipertensi_dan_Jantung

May 20, 2009 by Administrator

Filed under Kesehatan Leave a Comment